Rabu, 26 November 2014

NIKMATNYA TUH DI BALI






        Kebetulan Danny anak kampung yang tinggal di pesisir pantai paling Utara dari kota Banda Aceh. Sudah jelas anak pantai berani dan tidak di ragukan lagi dalam hal berenang, apa sih pekerjaan kesehariannya setelah Danny pulang dari sekolah, dia mencari Udang, ikan, ketam yang ada di sugai dengan cara traditional, harus menyelam ke dasar sungai untuk mendapatkan Udang, ikan dan apa yang ada di dasar sungai. inilah saban hari yang di lakukan Danny sepulang dari sekolah bersama teman-temannya yang penuh dengan adreanaline atau tantangan tapi baginya ini hal biasa, dalam mencari ikan, udang dan ketam hasilnya di gunakan untuk jajan sekolah dan di simpan buat kuliah di kemudian hari. Penuh semangat dan berjuang untuk mengapai cita-ciatanya, karena baginaya impian itu akan terwujud dengen kebersamaan dalam berusaha dan berdoa dengan tulus ikhlas dalam menjalaninya, untuk mewujudkan impiannya Danny harus hijjriah ke Kota Banda Aceh memilih program Bahasa yang ada di perguruan tinggi Negeri Syiah Kuala Banda Aceh.                 
    Memang awalnya merasa ragu untuk kuliah di karenakan biaya yang di butuhkan sangat besar dan harus jauh dari keluarga dan teman-teman di kampung, walaupun demikian dengan penuh semangat dan harapanya si anak kampung untuk bisa kuliah tidak diragukan lagi. Namun ketika saya menoleh pada kondisi orang tua, rasa pesimis muncul. saya pun selalu merenung apa mungkin saya bisa kuliah. “Apa iya aku bisa kuliah” sambil melihat kerah kedua orang tuaku yang sudah tua renta di depannya aku terus menerawang nasip dan mimpi. Terjadi dialog di dalam hati si anak kampung. “Kamu jagan kuliah, lihat kondisi orang tua-mu. Perlu kamu tahu kamu bisa menempuh pendidikan sampai di SMA itu butuh perjuang dan pegorbanan yang besar dari dirimu ,bapak dan ibu-mu. Lebih baik kamu jadi anak pantai saja yang hanya tahu laut, sungai...,dan sungai....!!!!
       Tapi tetap melangkah dan tidak salah kalau kita mencoba hal-hal yang di luar nalar dan kemampuan kita, dengan tekad dan kamauan yang tinggi akhirnya bisa masuk ke perguruan Tinggi  Syiah Kuala jurusan Bahasa. maka di situ marasa terharu bercampur senang bisa kuliah di perguruan ternama yang ada di provinsi Aceh.         So....memasuki awal semester pertama Danny masih aman dan baik-baik aja belum kurang suatu apapun, nah jika tiba semester kedua uang saku yang di bawa dari kampung sudah menipis bahkan tidak ada sama sekali, karena cuma bermodal nekad dan doa untuk kuliah. Dengan demikian terpaksa Danny harus memutar otak gimana supaya bisa mendapatkan uang untuk keperluan Kuliah dan urusan perut karena kiriman dari kampung sama sekali tidak ada, akhirnya terpaksa harus bekerja sepulang dari kuliahnya. Teman-teman apa dari akhir kuliah anak kampung yang ingin mewujudkan cita2nya, akhirnya Danny tidak dapat melanjutkan lagi kuliah, bukan di karena biaya atau hal yang lain, tapi para pembaca setia bloger ingat apa yang terjadi di Provinsi Aceh 10 tahun yang lalu, yaitu pada tanggal 26 Desember 2014, yang mana Aceh di landa Gempa 8,9 SR dan disusul dengan Tsunami yang menelan korban sekitar 200 ribu orang, termasuk Ibu dan adiknya yang jadi korban akibat Gempa dan tsunami yang meluluh lantakan Aceh, Dan apa yang terjadi dengan Danny karena kota Banda Aceh termasuk yang paling parah kerusakannya akibat gempa dan tsunami. pada kejadin itu Danny juga termasuk salah satu korban dari Bencana tersebut.
     

    Tidak biasaanya pada pagi minggu, 26 Desember 2004, menjadi hari paling tak terlupakan sepanjang sejarah hidupku. Aku diajak teman2 untuk menikmati suasana pantai di minggu pagi, sedang asik kami bermain2 di pantai Ulhe Lheu saat peristiwa mengerikan itu terjadi. Tak pernah kusangka diriku akan menjadi salah satu saksi hidup sebuah bencana terbesar dalam kancah sejarah dunia. Aku ada di sana, tubuhku tergulung-gulung, terombang-ambing, dan terseret derasnya arus air bah yang meluluhlantakkan bumi Serambi Mekkah hari itu.  Aku tak ingat berapa lama aku meronta-ronta dan mencoba menyelamatkan diri. Ketika akhirnya semua berakhir, kudapati diriku dalam kondisi mengenaskan. Pakaianku berbalut lumpur, tubuhku terluka di sana-sini terkena pecahan beling dan paku, dan kakiku terluka dan hancur sehingga harus di Amputasi, akibat membusuk dan lama mendapat Emegency, lima hari kemudian saya baru mendapatkan pertolongan oleh Tim relawan dan di bawa ke rumah sakit  Umum Zainal Abidin Banda Aceh.  Selanjutnya, setelah Danny melihat kakinya di Amputasi dengan spontan menangis, menjerit seperti orang gila. Berhari-hari aku terlunta-lunta, dalam kondisi shock berat, yang tak pernah kubayang sebelumnya ini akan terjadi pada diriku, di tambah lagi Ibu dan adiknya yang jadi korban tsunami.  Oh Tuhan...!! ternyata aku masih punya keluarga, ternyata aku tidak sebatang kara seperti perkiraanku. abang dan kakak ku masih selamat dari Bencana yang maha dasyat itu, kemudian aku di bawa pulang ke rumah di kampung setelah mendapat rekomendasi dari Dr. Ellitsa yang menanganiku, tetapi aku tidak berapa lama di rumah, lantas aku diboyong oleh abangku yang paling tua ke Medan, dalam kondisi masih labil dan dihantui rasa trauma berat. Dalam perjalana ke Medan, aku terus berteriak-teriak dan menangis seperti orang gila, dan perilaku tersebut berlanjut hingga tiba di Medan dan tinggal bersama keluarga Abangku di sebuah rumah di kawasan Pinang Baris, Untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, Abangku terpaksa mengurungku di dalam kamar. Aku tidak boleh ke mana-mana.  Hari demi hari berlalu, kondisiku mulai stabil meskipun belum sepenuhnya sembuh dari trauma. Aku mulai jenuh terus-menerus berdiam diri di dalam kamar, sampai terbisik dalam benaku "What I DO" aku bingung, aku harus melakukan apa dengan fisikku yang terbatas. danny tidak memikirkan lagi dengan kuliahanya pupus sudah harapan untuk mewujudkana cita2nya, aku hampir putus asa...tapi itu tidak boleh terjadi mengingat aku seorang yang beriman dan aku yakin dengan firman Tuhan "di dalam kesempitan pasti ada kemudahan" pasti setiap kejadian ada Hikmahnya kalau kita mau mengambil pelajaran pada setiap kejadian. 


     
   
Danny tidak ingin berlarut dalam duka dan kesedihan yang tidak menentu arah tujuannya, sehingga Danny coba Browesing di Internet di mana ada pelatihan untuk Difabel, dengan tidak segaja danny terklik Link BBRVBD yang ada di Cibinong_Bogor. kemudian saya mengirim surat Regestrasi dan surat pelengkap lainnya, tidak berapa lama kemudian Danny di panggil untuk mengikuti pelatihan di Balai Besar Rehabilitasi vocasional Bina Daksa. Mendapat panggilan dari BBRVBD begitu kaget dan senang karena Danny yang hobby berpetualang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, maka langsung minta pamit, izin dan Doa dari kakaknya untuk berangkat ke Bogor, ini pengalaman pertama naik pesawat yang tak pernah tersirat sebelumnya AlhamduLiLLAh....!!! terbisik dalam hatinya.    Di sana Danny mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru suasana baru dan teman dari difabel lainya, dari Sabang sampai Marauke dengan bermacam-macam latar belakang budaya dan bermacam2 kecacatan yang dimiliki para peserta pelatihan. kebutulan Danny mengambil jurusan Komputer, selama setahun Danny mengikuti palatihan pihak BBRVBD memberi kesempatan untuk megikuti PKL di PT.GSS yang ada di Bogor, namum pihak perusahaan tempat saya ikuti magang mereka tidak menjamin saya untuk menjadi karyawan di PT.GSS. Akhirnya saya mencari cara bagai saya bisa bekerja skill atau kemampuan saya setelah mengikuti pelatihan di BBRVBD, mulai mencoba lagi menerawang atau Browesing yang kedu kali, kali ini tidak  mengenai pelatihan tetapi soal pekerjaan, sungguh beruntung nasibku walaupun aku buntung karena aku mendapat Informasi dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Bali yaitu D'Network lembaga yang memfasilitasi bagi penyandang Disabilitas, Perasaanku masi was-was karena belum pasti aku di terima pekerjaan di Bali, tapi Danny mencoba membawa lamaran dengan mendatagi kantor D'Network yang ada di Bali ternyata  perjuanganku sia-sia karena tidak mendapatkan respon yang baik dari Staff D'Network malahan di suruh mengikuti pelatihan lagi, namun aku tidak menyerah dengan begitu saja karena aku sudah punya skill dan kemampuan di bidang komputer, sehingga aku mulai memutar otak, mencari cara untuk mendapatkan pekerjaan demi bertahan hidup di Bali. sebab aku tidak mau dikasihani, walaupun aku punya kakak yang dibilang sukses dan mampu membiayaiku, aku sama sekali tidak mau bergantung padanya.   Dengan berkat dan kegigihanku dalam mencari pekerjaan di Bali, akhirnya aku mendapatkan pekerjaan di CV. Mirahayu ( balikomputer.com ) bagian Administrasi. Maka, berlanjutlah hidupku dalam hari-hari sebagai karyawan di CV. Mirahayu, yang dihadapkan dengan sebuah komputer yang mengontrol data-data pemasukan dan pengeluaran juga soal  surat-menyurat di perusahaan tersebut.


       
     
Dan di waktu libur aku isikan waktu luangku untuk berkumpul bersama teman-teman penyadang disabilitas yang ada di Yayasan Cahaya Mutiara Ubud, kami saling berbagi /share, belajar menari , melukis dan seni lainnya, kadang kala kami bertamasya untuk menikmati keindahan pulau bali, saya bangga kepada penyandang disabilitas yang ada di Bali, mereka begitu semangat, kreatif dan penuh seni, toleransi yang tinggi sehingga membuat   Danny betah untuk bekerja dan menetap di Bali. kalau ada yang mengkata-katai penyadang disabilitas hanya menunggu belas kasihan dan iba dari orang lain, itu perkataan yang keliru yang tidak berdasar, Danny merasa heppy dan senang di Bali, di samping sudah mendapatkan banyak teman, dan bisa menikmati keindahan pulau Dewata dengan sesungguhya, yang mana pulau 1001 pura dengan keindahan terdengar seluruh penjuru Dunia, aku merasa nikmatnya tuh di Bali, sorga bagi difable karena disabilitas di Bali terorganisir dalam berkreatifitas dan menampilkan bakat dan kemampuan yang dimiliki, semua itu tidak luput dari kepedulian dan sosial yang tinggi bagi pddk lokal dan wisatawan yang berkunjung ke Bali. 

       
Danny sebelumnya tidak bercita-cita untuk bekerja di Bali, hanya ingin bekerja di luar negeri namun tsunami dan titel kecacatan ku mengantarnya ke pulau Dewata, namun aku nikmati aja apa yang terjadi hari ini, semuanya ada hikmahnya, Danny mencoba melupakan peristiwa dan masa lalu, hidup yang penuh duka dan cerita kelam, ( has gone be by Gone )  dengan nikmati Bali of Beautiful, maka di sinilah Danny seakan-akan sudah mendapatkan semuanya, pekerjaan, teman, dan suasana di Bali yang menyenangkan.
Walaupun Danny sudah mendapatkan semuanya, ada satu hal yang belum dia dapat sudah hampir tiga tahun tinggal di Bali., mau tau...!!!??? apa mau tahu bageeeettt...!!!??apa sih belum danny dapat di Bali yaitu seorang pujaan hati, yang mana kala bisa menghiburnya bila kesedihan melandanya dan mengusap air matanya bila dia sedih dan menangis dan yang terpenting bisa saling berbagi dan mengerti antara satu dengan yang lainnya dengen penuh rasa perhatian dan kasih sayang. Danny ingin punya pacar seperti kadek Ary, seorang gadis lokal yang tergolong women of smart, care of heart, beautiful dan menjunjung tinggi nilai adat-istiadat daerahnya,,,Uups,,,jagan salah dulu, dia juga bagian dari Difable....hehehe....!!




                                                                            By Post Danny alasyieh © 2014_Bali



                                                                    The End


                                                                              










Tidak ada komentar:

Posting Komentar